Pergi ke Baitullah

Saat kepergian saya pertama ke Baitullah dalam umrah di tahun 2007, saya berdoa “ingin dikembalikan ke tempat ini berkali-kali”. Doa itu sebenarnya doa biasa yang diucapkan oleh mereka yang berumrah. Saya pun melakukan hal yang sama. Yang berbeda adalah, saya mengucapkan doa tambahan, “tidak sampai membuat orang lain mempertanyakan kepergian saya.”

Yang namanya ingin bolak balik ke tanah suci itu, pasti perlu uang yang tidak sedikit. Nah, kan ada saja yang membicarakan kita di belakang saat kita pergi, “daripada dipakai berkali-kali ke tanah suci, kenapa gak dipakai saja uangnya untuk anak yatim”, misalnya. Saya tidak mau seperti itu. Mau berangkat tapi tenang hati. Tidak terpikir saat itu akan jadi pembimbing ibadah haji dan umrah.

Tapi, begitulah magnet rezeki. Apa yang dipesan, akan otomatis mencari jalannya. Suatu hari saya ditelepon teman untuk menemani 
jemaah yang sudah siap berangkat. Karena paspor saya memang sudah siap, tinggal di cap visa dan langsung berangkat.

Saat itu sebenarnya saya belum punya ilmu yang mumpuni tentang umrah. Bahasa arab percakapan pun saya tidak bisa. Tapi, sekali lagi, magnet rezeki hanya bekerja. “Nanti ada yang menemani kok di sana, gak usah khawatir, antum cuma fokus dengan jemaah saja” begitu kata teman saya meyakinkan. Dan sejak saat itu berkalikali saya pergi ke Baitullah, saat buku ini dibuat, saya sudah menemani sekitar 1.500 jemaah haji dan umrah. Alhamdulillah.

Saya harus berhati-hati menceritakan hal ini. Bismillah tidak ada niatan apa pun dalam menyampaikannya, bahkan saya memang tidak bisa apa-apa. Saya hanya ingin sekali memperkenalkan kekuatan dahsyat ini kepada Anda, agar Anda bisa juga mengambil pelajarannya dan menggunakannya dalam kehidupan Anda seharihari.

Saya ulang ya… Bukan saya yang hebat, saya tidak bisa apa-apa. Tapi ada kekuatan yang Mahadahsyat yang Anda bisa akses dengan ilmu Magnet Rezeki, yang akan mengubah kehidupan Anda menjadi lebih baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Apartemen